Saat itu aku adalah jiwa yang
dipenuhi oleh kesendirian. Menyendiri karna kehilangan senyum indah yang pernah
dibuat oleh seseorang terhadap diriku. Menyendiri karna tak dapat lagi temukan
arti kebahagiaan yang pernah hadir dalam kehidupanku, yaa menyendiri……...
Aku
rasa hidup tak lagi berarti ketika senyum itu tak dapat dibuatnya lagi. Aku
rasa hidup tak akan membuat kebahagian lagi untukku. Yaa itulah yang ku rasa….
Sedikit kubuka ruang mataku yang
terpejam, berharap bahwa ini hanyalah sebuah mimpi buruk. Berharap aku bisa
bangun dari mimpi itu dan kembali memulai kebahagianku dengan si pembuat senyum
indahku. Dan ternyata…..itu hanya sebuah harapku. Kenyataannya aku berada di
dunia yang menyadarkanku bahwa aku telah kehilangan sumber kebahagianku.
Tapi
itu dulu, sebelum aku bertemu dengan orang yang membuat senyumku lebih indah,
bahkan lebih berarti. Membuat senyumku menjadi yang terindah di alam yang
kusebut KEBAHAGIAAN. Bukan kebahagiaan yang kurasakan dulu, namun ini lebih dari
sebuah kebahagiaan. Kebahagiaan yang kurasa hanyalah bunga tidur dan akan
lenyap ketika pagi datang. Namun aku salah, ketika pagi datang, kebahagiaan itu
justru bertambah. Entah apa namanya, namun kurasa ini cinta. Cinta yang berawal
dari sebuah keisengan menjadi keseriusan yang sungguh menyenangkan. Yaa cinta
mulai menyapaku untuk kesekian kalinya, namun dengan porsi yang berbeda dan
orang yang berbeda pula.
Aku
merasa perlu membagi duniaku bersamanya. Karena aku merasa bahwa kini duniaku
tak lagi untukku sendiri. Duniaku telah terbagi, terbagi denganmu yang menyapa
hangat diriku dengan segenap kasih sayangmu. Kepada dirimu yang meyakinkanku
bahwa aku akan bahagia jika membagi duniaku bersamamu. Kepada dirimu yang
satu-satunya berada didalam hati, hati yang sempat menjadi kelabu namun kau
buat berwarna lagi.
Berulang
kali aku berharap pada orang yang berbeda. Namun tak satupun yang dapat
mewujudkannya. Aku hanya ingin kebahagiaanku tetap bersama orang yang sama,
hanya itu, ga lebih. Dan kini ku simpan harapan itu pada dirimu.
Entah sampai kapan bisa kurasakan
kebahagiaan ini. Namun ingatlah satu hal, hingga detik ini tak pernah tersirat dibenakku untuk
mengakhirkan ini semua.
No comments:
Post a Comment